Sabtu, 27 Desember 2008

Fisika Energi

What of nuclear power?

Radioactive materials dispersed within the Earth’s structure, produce sufficient heat to prevent the inner core from cooling; however this important flux of heat is much less than solar heat. The dispersed and buried nature of the material overwhelmingly prevents the radioactivity from affecting organic life. Likewise the relatively small amounts used so beneficially in medicine and instrumentation may be controlled and used safely. However if the radioactive material has a long lifetime (perhaps many thousands of years) and is concentrated, as with a significant fraction of nuclear ores and wastes, biological organisms cannot continue in its presence.

Discarded radioactive material is likely to eventually ‘leak’ into the biosphere, to be absorbed and concentrated into food chains, with the higher forms of life accumulating radioactivity with subsequent danger of genetic harm. There is no known and certain way to safeguard radioactive waste from ultimately entering and harming the biosphere. To date, no form of containment is reliable against ingress of water over the thousands of years needed before the radioactivity becomes negligible.

When extracted, nuclear energy is used only for nuclear weapons and/or centralised electricity generation. Usually, as in the UK, these activities have been associated, so causing concern that weapons proliferation and terrorism may stem from nuclear power. In commercial terms, nuclear generated electricity is expensive and only undertaken with considerable government funding. Nuclear accidents are of major concern.

Nevertheless, a significant advantage of nuclear power is the significant abatement of CO2 and other emissions that might otherwise come from fossil fuels. Continued R&D on the political and technical difficulties and opportunities of nuclear power is justifiable, but only in relation to similar effort on fossil fuel and renewable energy. All such effort should be transparent and open to public scrutiny.

Discussion: What are the benefits and disbenefits of utilising nuclear ores? Have these factors changed over the last 20 years? Who needs to use nuclear power; when and how much?

Brown versus Green energy supply

Therefore it is helpful to make 2 classifications of energy supply

(1) brown energy, derived from the underground sources of nuclear ores and fossil fuels, and

(2) green energy, derived from ongoing energy supplies available in the natural environment.

One view from ecology is that Brown Energy sources are effectively ‘removed pollution’, so such fuels are, ab initio, already concentrated pollution. Clearly there is a duty to process and use such fuels efficiently with the minimum of adverse impacts (as is indeed is increasingly practised and the declared aim of ethical business). Nevertheless, the final emissions remain pollution, which is discharged wholly or in part into the air and water of our immediate environment. In contrast, Green Energy supplies at source are intrinsically non-polluting, since life depends upon them. Most categories of Green Energy technology, as explained below, do not emit pollution. Clearly, as we move from Brown to Green energy, the efficient use of present energy and the minimisation of emitted pollution is vital.

iconDiscussion: Where does the ‘natural environment’ start and stop? Is the human economy part of ‘nature’ or separate from it?

Renewable (Green) energy

Renewable energy is energy supplied from the natural and persistent flows of energy in the immediate environment. Obvious examples are sunshine that heats glasshouses and hydropower that generates electricity. Such technologies are called ‘renewables’ and are, by definition, sustainable. The generally benign ecological and environmental impacts of renewables contrasts with the adverse impacts of Brown Energy. By using Renewable Energy instead of Fossil Fuel Energy, buried carbon remains underground (its use is abated). Using carbon that is already circulating in the ecology of the biosphere, e.g. in plants, does not produce ‘extra carbon’ and so does not threaten long-term harm.

The total energy passing through our environment is enormous and predominantly arrives form the Sun; in one hour as much solar energy arrives as is used by the world economy in one year. In addition there are relatively smaller energy fluxes from tides and geothermal heat.

Sunshine transforms into most of the renewable supplies.

Thus sunshine:

  • heats the surface (solar water heaters, cookers, dryers, buildings);
  • causes wind (wind turbines and pumps) which in turn causes sea waves (wave energy devices);
  • evaporates water giving rainfall (hydropower);
  • powers photosynthesis in plants (biomass, biofuels, gasifiers, landfill gas) from light (photovoltaic electricity);
  • and, via plants, provides animals with food (hence biogas, sewage gas).

In addition tides (tidal power) and subterranean heat (geothermal power stations, heat pumps) give occasional and locally important energy supply possibilities. There is no shortage of renewable energy; the challenge is to develop, manufacture, and utilise the associated technology.

Left to rot, biomass decays to CO2 with slow heat emission. When burnt as fuel, a similar process occurs, but the heat can be used to substitute for Brown Energy, thus abating fossil CO2 emission. Therefore using sustained biomass for energy does not introduce extra carbon into the Atmosphere, as does the combustion of fossil fuels.

Compared with brown energy, renewables harness mild forms of energy and so the equipment is relatively large and visible. It tends to require expensive capital items, though the energy harnessed is free. The visual impact, in contrast to the ecological impact, can be considered adverse.

The more efficient the renewable energy systems, the smaller the equipment and therefore the cheaper the energy supplied; moreover, the visual impact is reduced. With Brown Energy, both the adverse impacts and the costs are reduced if the systems are efficient. Therefore, energy efficiency is of prime importance for both renewables and non-renewables.

iconDiscussion: What benefits do we have, or have we experienced, from forms of renewable energy?

Selasa, 23 Desember 2008

Tulisan-tulisan Terbaru

Visi 2025
Fisika Bumi Siliwangi

Universitas Pendidikan Indonesia

1. Jurusan Pendidikan Fisika Terbaik, Se-Asia Tenggara

2. Jurusan Fisika Terbaik ke-4 di Indonesia

3. Membuka Jurusan Teknik Fisika

4. Mempunyai Gedung Mandiri

5. Membuka Program S2 dan S3

6. Fokus Inovasi, Riset dan Pengembangan

a. Pendidikan Fisika

*Pengembangan Pendidikan Fisika Untuk SMA & SMP

* Pengembangan Pendidikan Fisika & Sains Untuk SD

* Pusat Pelatihan Kompetisi Fisika

* Pusat Perhimpunan Guru Fisika Seluruh Indonesia
(Association of Physics Teacher)

b. Peminat Astro Fisika

c. Peminat Fisika Nanoteknologi Material

d. Peminat Fisika Nuklir

e. Peminat BioFisika Medis

f. Peminat Fisika Komputasi

g. Peminat GeoFisika Kebumian

h. Peminat EkonoFisika

i. Peminat Matematika Fisika




Koshiba, Nilai Merah Mendapat Nobel

ilmuan indonesia yang brilian

Oleh:

Angga Fuja Widiana


Sudah tidak bisa disangkal lagi, mutu pendidikan di Indonesia banyak dikeluhkan berbagai kalangan. Dari tahun ke tahun selalu fasilitas sarana dan pendanaan yang menjadi faktor kendala utama. Dan, ini tentu saja berakibat mutu lulusannya dipertanyakan. Kita mungkin sudah ketinggalan jauh di tingkat regional Asia Tenggara, terutama dari negara Singapura atau Malaysia.

Di tengah keterpurukan soal mutu dunia pendidikan kita, ternyata tidaklah sama dengan tingkat intelegensi manusia Indonesianya. Sejumlah orang Indonesia ternyata banyak yang berotak encer. Mereka bekerja di luar negeri seperti di Eropa, Amerika dan Jepang. Bahkan berhasil menduduki posisi penting.

Suhendra misalnya. Pria kelahiran Jakarta, 17 November 1975 itu, saat ini bekerja pada Badan Peneliti Jerman, BAM di Berlin. Alumnus Universitas Diponegoro Semarang itu berhasil bekerja sebagai peneliti di Jerman setelah meraih gelar doktor di sebuah univeritas teknik di Jerman. Uniknya, Suhendra yang ahli di bidang metal eksplosif itu membiayai kuliahnya dengan bekerja serabutan dan mengumpulkan botol bekas.

Jabatan yang diraih Andreas Raharso mungkin membuat kita berdecak kagum. Pria berusia 44 tahun itu saat ini menduduki pimpinan atau CEO pada sebuah lembaga riset global Hay Group yang berkantor di Singapura. Hay Group sendiri mempunyai jaringan di hampir belahan dunia dan berkantor pusat di Amerika. Klien dari Hay Group ini kebanyakan adalah para pimpinan dunia seperti Amerika serikat, Perancis dan Inggris. Jabatan yang diraih Andreas Raharso cukup fenomenal, karena merupakan satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki posisi puncak. Selama ini jabatan itu didominasi warga Amerika dan Eropa.

Satu lagi orang Indonesia yang berhasil menduduki posisi penting adalah Profesor Yow Pin Liem. Pria 49 tahun asal Cirebon, Jawa Barat itu adalah pimpinan dan pendiri sebuah perusahaan riset Pro Thera Biologisc di Rhode Island, Amerika Serikat. Di tempat riset Prof Yow ini sudah banyak berkontribusi melakukan penelitian terutama masalah pemahaman seputar molekul kanker dan anthrax.

Barangkali gelar akademis yang diraih Kent Sutanto ini tentulah langka. Pria kelahiran Surabaya 1951 silam itu meraih gelar doktor di Jepang. Tidak tanggung-tanggung gelar doktor yang diraih Kent di negeri sakura itu sebanyak empat gelar dari universitas yang bebeda. Saat ini Kent Sutanto mengajar di Universitas Waseda, kampus almamaternya. Selain itu Kent Sutanto juga sebagai dosen tamu di Universitas Venesia, Italia. Karena otaknya yang cemerlang, pria asal Surabaya yang sudah 35 tahun tinggal di Jepang itu mendapat kepercayaan pemerintah setempat duduk di MITI, semacam Departemen dan Perindustrian Jepang.

Menilik prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Walau kondisi pendidikan di tanah air dirasa masih belum kondusif mereka mampu menembus ruang dan waktu berkiprah cemerlang di tingkat internasional. Mereka mengaku masih betah mengabdi di mancanegara. Mereka belum berniat untuk berkiprah di tanah air, karena mereka trauma ilmu yang mereka raih dengan susah payah itu tidak mendapatkan penghargaan yang selayaknya.


Makna Hidup ditinjau dari sisi Termodinamika


Source :Bpk. Saeful karim

Written and edited by : Bambang Achdiyat

Manusia Lahir dengan pengharapan nol dalam dirinya. Ia tidak lahir dengan membawa uang, mobil, motor, atau pun jabatan. Ia lahir bersih dan suci. Seiring berjalannya waktu ia mulai terikat dengan mainan, makanan jajanan, TV, Playstation, lawan jenis, motor, mobil, uang, dan jabatan. Ia memiliki entropi (baca:ketidakteraturan) yang besar karena hidupnya yang tidak teratur, ia terikat oleh banyak hal. Hidup di bawah telunjuk bos, di bawah kuasa jabatan, dan potensi uang serta birahi terhadap lawan jenis.

Tingkatkan energi internalmu untuk berubah, hijrah menjadi manusia yang sesuai fitrahnya yaitu hamba, sehingga terputuslah setiap ikatan yang ada, yang bisa membuat dunia ini terasa sempit. Sebelum waktumu habis sempurna. Sebagaimana Kristal yang sempurna ia berada dalam T=0 Kelvin, dimana setiap atom tidak ada yang bergerak sehingga entropinya itu nol (ia berada dalam kepastian = tidak ada peluang lain).

Manusia awalnya berada di surga, kini kita semua sudah ada didunia, dan perjuangan kita harus bisa kembali ke kampung halaman kita. Walaupun perjalanan tidak akan selalu mulus, pasti ada yang mengganjal diperjalanan, sebagaimana yang diutarakan hukum ke-2 termodinamika bahwa tidak mungkin menciptakan mesin kalor yang effisiensinya 100%, karena pasti ada saja energi yang terbuang. Begitupun perjuangan kita, pasti ada saja terpelesetnya, pasti ada saja salahnya.

Tidak ada manusia yang 100 % bersih. Tapi tenang saja karena hukum termodinamika 1 menyatkan bahwa energi itu kekal, ia tidak bisa dimusnahkan dan tidak dapat diciptakan, ia hanya bisa dirubah menjadi bentu energi yang lain. Setiap manusia muslim (yang dalam dirinya masih ada syahadat) akan kembali ke surga, walaupun mungkin diperjalanannya ia berbuat banyak salah. Mungkin beberapa saat bagi yang ada salah, ia dihukum dulu, untuk menjadikan ia mengalami siklus reversible (kembali kesemula = kembali pada fitrahnya = bersih dari dosa). Hanya memang semakin besar entropi manusia (baca: kekacauan hidupnya) maka siklus reversible yang harus ia jalani harus berlangsung secara kuasistatik (artinya berlangsung perlahan (maksudnya : berjalan lama sekali).

Intinya adalah, mari kita “NOL” kan entropi kita, bebasakan dari semua jabatan, harta, dan birahi. Semua itu selayaknya dimiliki karena memang merupakan anugrah dari tuhan tapi tidak selayaknya menjadikan kita budak jabatan, harta, dan birahi. Semua harus ada dibawah kontrol kita karena bagaimanapun kondisi kita, kita adalah tetap hamba-Nya, sebagaimana Ia menjadi tuhan kita, apa pun kondisi kita. Maka hidup kita akan lebih luas, ada atau tidak ada materi sama saja, karena semua sudah ada dalam jaminan-Nya.

Inilah yang dikatakan bahwa tidak ada sedih dan putus ada untuk mereka yang sudah berserah diri. Nikmati hidup yang hanya sekali dengan Iman. Karena disini tempat kita mengumpulkan bekal sehingga layak kembali ke kampung halaman. Semoga kita bertemu disana. Di kampung firdaus.

Selamat menjalankan siklus reversibel…

Saat cinta, Kerjakeras, dan Ilmu Pengetahuan diramu



From : Prof. Yohanes Surya P.hD

By :Bambang Achdiat

Marie Curie, ada tokoh yang tidak akan terlupakan di dunia ilmu pengetahuan apa pun bidang mereka. Perjalanan hidupnya menunjukan bahwa sari pati kelapa itu memang tidak gampang diperoleh. Pertama, kelapa di bacok dengan golok “Swbet!!” , kemudian jatuh ke tanah “blug!!! Kemudian kulitnya ditarik dengan logam yang tajam, Krrreetttt!!!,setelah itu batoknya dipukul dengan palu, “pltok!!! Apakah berhenti? Belum , sari pati masih belum bisa didapat dengan seperti itu, sekarang giliran dagingnya di suir dengan pisau, “Sreek… sreek… sreek!!!”, (ehm…. Pasti kalau daging kelapa bisa bicara dia akan menjerit kesakitan) sudah terpotong-potong, belum didapat juga itu sari pati.

Kemudian tiap potongannya diparut (digesekan dengan ujung logam yang runcing), “grek… grek…grek!!!” apakah sesuadahnya menjadi potongan yang kecil sudah berhenti berhenti? Belum juga, sekarang ia harus diperas dan dipelintir dengan tenga yang besar, “krrrreet …. Krrrreet!!!”. Setelah melewati perjalanan panjang dan menyakitkan itu barulah kita bisa mendapatkan sari pati kelapa. Memang tidak mudah, tapi Bisa!

Begitupun melihat kesuksesan , kadang kelakuan kita hanya sampai di mengagumi saja, ya! Kita hanya bilang, “wah.. hebat sekali dia,” sudah saja.

Dia adalah anak kelima dari lima bersaudara, kedua orang tuanya adalah guru, sehingga mereka tahu betul arti pendidikan bagi anak-anaknya. Dia termasuk anak yang pintar dan ayahnya sendiri yang pertama kali mengajarkannya fisika dan kimia. Betapa pun pintarnya wanita yang bernama lengkap Maria Slowdowska tetap saja saja untuk wanita Polandia saat itu tidak ada kesempatan untuk melanjutkan keperguruan tinggi.

Ternyata kehidupannya tidak bisa dipandang mulus. Pada usia 9 tahun kakaknya meninggal kemudian 2 tahun sesudah itu ibunya meninggal. Rupanya gadis ini memeiliki sebuah mimpi untuk bisa melanjutkan sekolah ke Pransis, Sorbone. Tapi ia tidak bisa ke sana karena keluarganya tidak memiliki uang untuk membiayainya. Ternyata benar bahwa”Limit itu tidak pernah nol, sekecil apa pun ia tidak pernah menghasilkan nol, selalu ada hasil sekecil apa pun” mimpinya beberapa tahun silam terjawab dari jalan yang tidak diduga.

Kakaknya menikah dengan seorang Doktor dari Prancis, kemudian dia diundang ke Prancis, dan akhirnya benih telah bertunas, ia mulai belajar di Sorbone. Kekuatan mimpinya yang ia tunjukan dengan kerja keras telah melahap habis semua kesulitannya untuk menguasai bahasa prancis, Ia pun lulus dari jurusan fisika sebagai lulusan terbaik dan 1 tahun kemudian ia lulus dari jurusan matematika sebagai lulusan kedua terbaik. Wow!!! Amazing. Terdiamnya ia selama 6 tahun tidak membuatnya berubah pikiran untuk merubah mimpinya. Kesibukannya di Sorbone akhirnya mempertemukan dia dengan seorang pangeran cintanya “Piere Mercurie” mereka akhirnya menikah, dengan diawali minat besar yang sama dalam ilmu pengetahuan.


Suatu ketika piere dan mercurie mengikuti sejenis pertemuan para ilmuan dan disitu banyak para peneliti yang mengutarakan berbagai penemuan dan inovasinya. Tibalah saat Becqurel mempublikasikan karyanya mengenai radioaktivitas (unsure uranium). Tapi para ilmuan waktu itu tidak ada yang tertarik pada apa yang diutarakannya, kecuali Marie yang cukup tertarik akan hal itu. Mulailah ia melakukan penelitian mengenai radioaktivitas, dan menjadikan penelitian ini sebagai bahan tesis doktoralnya. ia tekun dan menikmati penelitiannya. Melihat keasikan istrinya, Piere turun untuk membantu penelitian itu dalam sebuah gudang besar yang tidak terpakai. Ia pun sampai melepaskan penelitian yang sedang ia fokusi yaitu Kristal dan simetri semesta.

Dari penelitian itu ditemukanlah 2 unsur yang ternyata lebih aktif dari uranium (polonium dan Radium) Polonium karena memang itu asal negara Marie (Polandia). Tesisnya dari penelitian ini akhirnya menjadi tesis terbaik yang pernah disumbangkan bagi dunia ilmu pengetahuan. Setelah itu akhirnya, mereka berdua mulai sakit-sakitan, mereka belum sadar bahwa radiasi dari unsur aktif itu sangat berbahaya bagi kesehatan karena memang belum ada penelitian akan hal itu masa itu. Sampai tangan mereka terkena luka bakar karena radiasi ini. tapi kabar gembira datang tahun itu (1905), bahwa mereka berdua mendapatkan hadiah nobel untuk radiaoaktivitasnya. Karena prestasi ini masyarakat menjadi hormat pada mereka.


1 tahun setelah itu tiba masa duka untuk Marie, Piere meninggal karena tertabrak kereta kuda, dan kemudian ia mendapat undangan untuk dinobatkan menjadi pemenang nobel untuk bidang kimia karena penemuannya untuk polonium dan radium, dan satu berita besar lagi bahwa ia dituduh telah menjadi orang ketiga yang merusak perkawinan rekan kerjanya, Paul Lavengin. Banyak orang yang tidak menerima hal ini, mereka merasa penghargaan itu tidak pantas diberikan untuk penelitian yang sama.

Surat kabar yang tadinya memuja-muja karena prestasinya dalam fisika, kini mulai menghujatnya, orang-orang mulai menggosipkannya dan meminta dia untuk menolak hadiah nobel, sampai rumahnya dilempari, dan diminta untuk kembali ke negaranya. Dalam segala keterpurukannya ia masih mampu mengumpulkan tenaga dan kembali melawan dengan memaksa surat kabar yang menghujatnya meminta maaf karena berita jelak itu tidak bisa dibuktikan.

Akhirnya ia datang pada acara penganugrahan nobel dan dinobatkan sebagai satu-satunya wanita yang mendapatkan 2 nobel (fisika dan kimia), selain itu ternyata dia adalah wanita pertama yang menerima nobel, wanita pertama yang menjadi dosen di Sorbone, dan professor pertama di Sorbone. Kembalilah masyarakat mengagumi dan hormat pada Marie. Sayang ia tidak sempat melihat anak pertamanya yang juga mampu mendapatkan nobel, karena 1 tahun sebelumnya ia meninggal karena leukemia yang dikarenakan radiasi yang terlalu banyak. Dan ia dimakamkan disebuah tempat terhormat di Prancis dan sebagai wanita pertama yang dimakamkan disana, kubah raksasa Pantheon.

Sorbone, nama yang mungkin hampir semua orang Indoneisa tahu. Karena demam Laskar pelangi dan Sang pemimpi pun dibayang-bayangi universitas di Paris ini. Apakah Anda beberapa orang yang akan menjadi bagian mereka yang memiliki sejarah dengan Sorbone?

Wallohulam Bissawab!

Kamis, 18 Desember 2008

Visi 2025 Fisika Bumi Siliwangi

Grand Design Pendidikan Fisika Indonesia 2025-2030


Minggu, 07 Desember 2008

Arsip-Arsip Mimpi dan Harapan Kami



Sekilas Fisika Komputasi

Disiplin ilmu Fisika Komputasi yang menggabungkan ilmu fisika, analisis numerik, dan pemrogaman komputer, telah memudahkan peneliti dalam mengolah data-data eksperimen yang besar dan tidak linier, kata pakar Fisika Komputasi Universitas Sumatera Utara Prof Dr.Drs. Muhammad Zarlis,MSc,.

Dalam makalahnya, Guru Besar Tetap Ilmu Fisika Komputasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara itu mengatakan, dalam Fisika Komputasi eksprimen simulasi, model matematis yang non-linear, dan nonsimetri dapat diselesaikan melalui bantuan metode numerik dalam bentuk program komputer.

Dengan demikian, keberadaan fisika eksperimen, fisika teori dan fisika komputasi adalah saling mendukung dalam penelitian dan pengembangan bidang ilmu fisika, katanya. Fisika Komputasi adalah satu bagian integral dari perkembangan masalah atau gejala-gejala fisika dan berkemampuan untuk mengantisipasinya dengan menggunakan perangkat komputer.

Penerapan komputer dalam bidang ilmu fisika banyak terlihat pada pemecahan masalah-masalah analitik yang kompleks dan pekerjaan-pekerjaan numerikal untuk menyelesaikan secara interaktif. Lebih jauh ia menjelaskan komputer adalah hasil produk teknologi tinggi yang akhir-akhir ini telah banyak dijumpai, dipakai, dan dimanfaatkan pada berbagai bidang kegiatan di laboratorium fisika baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Pemakaian komputer ini lebih meningkat lagi setelah diproduksinya berbagai jenis komputer yang harganya relatif lebih murah. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pemakaian komputer di laboratorium-laboratorium masih terbatas untuk pengetikan atau pengolahan data tertentu, dengan kata lain pemakaian komputer sebagai alat yang serbaguna belum maksimal.

Bila dilihat dari tenaga akademis, masih banyak dijumpai tenaga pengajar yang masih enggan dalam menggunakan komputer, sedangkan komputer adalah sebagai alat bantu utama pengembangan fisika komputasi.(-H2O-)


Penelitian Peralatan Laboratorium Fisika Dasar


Karya-Karya Kami

  • Mesin Uap Mini (Oleh: Defrianto)
  • Wajan Listrik (Oleh: Bambang Achdiyat)


Divisi Penelitian Peralatan Elektronika dan Komputer Dasar

  • 1
  • 2
  • 3
Keterampilan Komputer Dasar (PC & Laptop)


  • Hard Ware

  • 1 CPU
  • 2 Monitor

  • Soft Ware
  • 1. Instalasi
  • 2. Proteksi atau Keamanan
  • 3. Pemeliharaan

  • Keterampilan Jaringan (Networking) LAN, WAN, Ethernet & Internet
Divisi Wajan Bolic

  • Divisi LitBang Multi Media Pendidikan

Para Teladan Kami

MULTIMEDIA PENDIDIKAN


Sistem pendidikan dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai cara telah dikenalkan serta di gunakan dalam proses belajar mengajar (PBM) dengan harapan pengajaran guru akan lebih berkesan dan pembelajaran bagi murid akan lebih bermakna. Sejak beberapa tahun belakangan ini teknologi informasi dan komunikasi telah banyak digunakan dalam proses belajar mengajar, dengan satu tujuan mutu pendidikan akan selangkah lebih maju seiring dengan kemajuan teknologi. Perkembangan teknoloagi multimedia telah menjanjikan potensi besar dalam merubah cara seseorang untuk belajar, untuk memperoleh informasi, menyesuaikan informasi dan sebagainnya.

Multimedia juga menyediakan peluang bagi pendidik untuk mengembangkan teknik pembelajaran sehingga menghasilkan hasil yang maksimal. Demikian juga bagi pelajar, dengan multi media diharapkan mereka akan lebih mudah untuk menentukan dengan apa dan bagaiamana siswa untuk dapat menyerap informasi secara cepat dan efisien. Sumber informasi tidak lagi terfokus pada teks dari buku sematamata tetapi lebih luas dari itu. Kemampuan teknologi multi media yang telah terhubung internet akan semakin menambah kemudahan dalam mendapatkan informasi yang diharapkan. (-H2O-)


Sub Divisi Web Design

Pemanfaatan Teknologi Blog, Facebook dan Friendster untuk Membangun Jardik Fisika
(Oleh: Arip Nurahman)

Tutorial Blog, Friendster & Pace Book dan Situs Jejaring Sosial Lainnya


Sub Divisi Animasi
  • Animasi, atau lebih akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada awal penemuannya, film animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-"putar" sehingga muncul efek gambar bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat. Bahkan akhir-akhir ini lebih banyak bermunculan film animasi 3 dimensi daripada film animasi 2 dimensi.

    Wayang kulit merupakan salah satu bentuk animasi tertua di dunia. Bahkan ketika teknologi elektronik dan komputer belum diketemukan, pertunjukan wayang kulit telah memenuhi semua elemen animasi seperti layar, gambar bergerak, dialog dan ilustrasi musik.


    Animasi Flash untuk Pendidikan Fisika

    (Oleh: Redha & Rizkiana Putra M.)




Sub Divisi Mobile Phone {HP} for Education

Sumber:
http://web.mit.edu/etg/www/

Welcome to the MIT Educational Technologies Group (ETG) web page. MIT ETG was established on April 25, 2000 to develop the Classroom Communicator funded by the I-Campus initiative (Microsoft and MIT).

The Classroom Communicator is a concept that involves using computer technology to increase the level of interaction between students and professors. To read more the Classroom Communicator, click here.

On the left, we have a prototype design of our first generation Classroom Communicator. As you might have noticed, the first generation looks like a cell phone. It is indeed a cell phone with a tiny web browser inside of it. With this phone, students can:

1. Signal he/she is lost
2. Signal he/she has a question
3.
Answer a conceptual question posed by the professor

  • Divisi Penelitian Komputer Kuantum (Ulasan Frontier Technology)

Research Areas in MIT EECS

I. Systems, Communication, Control and Signal Processing
II. Computer Science
III. Electronics, Computers and Systems
IV. Energy and Electromagnetic Systems
V. Materials and Devices
VII. Bioelectrical Engineering

MIT EECS Research Laboratories


Briket dari Sampah Daun (Oleh: I Gede)


Bidang Penelitian Energi Terbaharukan


Renewable energy is energy generated from natural resources—such as sunlight, wind, rain, tides and geothermal heat—which are renewable (naturally replenished). In 2006, about 18% of global final energy consumption came from renewables, with 13% coming from traditional biomass, such as wood-burning. Hydroelectricity was the next largest renewable source, providing 3% (15% of global electricity generaiton ), followed by solar hot water/heating, which contributed 1.3%. Modern technologies, such as geothermal energy, wind power, solar power, and ocean energy together provided some 0.8% of final energy consumption.







Bekerjasama dengan Cakrawala UPI, Fisika Bumi Siliwangi