Kamis, 18 Agustus 2011

Fisika Bumi Siliwangi Research Center di Masa Depan


Komplek Penelitian Sains dan Teknologi


Our Dream in The Next 35 Years Latter





Bagian Dalam Ruangan FIBUSI Research Center

Rabu, 17 Agustus 2011

Menjadi Guru Fisika yang di Sayangi

The Super Teacher

Mata Kuliah Umum (MKU)
Mata Kuliah Dasar Profesi
Mata Kuliah Keahlian Profesi (MKKP)
Mata Kuliah Latihan Profesi (MKLP)
Mata Kuliah Keahlian Fakultas (MKKF)
Mata Kuliah Program Studi (MKPS)
Mata Kuliah Pilihan (MKP)
Mata Kuliah Kemampuan Tambahan (MKKT)

Jika seorang guru memiliki beberapa metode pengajaran yang baru dan memikat, maka ia akan menjadi seorang guru yang dirindukan oleh murid-muridnya. Mereka akan menerima pelajaran yang diberikan dengan hati senang dan antusias. Sehingga, ia menjadi seorang guru yang dicintai murid-muridnya, dan hendaknya dia juga menyayangi mereka. Tidak diragukan lagi, guru yang tidak memiliki sifat kasih terhadap murid, maka ia tidak akan bertahan lama menekuni profesi sebagai seorang guru –kecuali karena terpaksa. Ketenangan hati dan sifat menerima antara guru dan murid-muridnya adalah unsur terpenting dalam proses pendidikan yang sukses.

Sebuah penelitian di Amerika yang dilakukan oleh para ilmuwan Amerika, yang dipimpin oleh Hart Adams menegaskan bahwa ada tiga kelompok yang menjadi sebab seorang guru dicintai murid-muridnya. Tiga kelompok tersebut adalah:
Kelompok pertama
  • Sikap tolong menolong dengan loyalitas tinggi
  • Menjelaskan pelajaran dengan baik
  • Menggunakan perumpamaan atau contoh dalam menjelaskan.
Kelompok kedua
  • Berbudi pekerti baik
  • Cerdas dan cekatan
  • Mampu membuat suasana di dalam kelas menjadi hangat dan menyenangkan
Kelompok ketiga
  • Arif dan lemah lembut terhadap murid-muridnya
  • Peka terhadap perasaan murid-muridnya
  • Merasa bahwa murid-muridnya adalah teman-temannya

Sabtu, 06 Agustus 2011

Fisika dan Kepemimpinan




Ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus dikembangkan di Indonesia adalah Iptek yang dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat menghasilkan penyelesaian masalah yang dihadapi Bangsa Indonesia.


Mengingat langkanya sumberdaya, dan perlunya diambil keputusan pemilihan teknologi yang seoptimal mungkin, maka prioritas pengembangan riset dan teknologi akan diberikan pada ilmu pengetahuan terapan, sedangkan ilmu dasar akan dikembangkan sejauh berhubungan langsung dengan kepentingan Nasional.

(Prof. B.J. Habibie)




 
~Scientist to President~

"Educationists should build the capacities of the spirit of inquiry, creativity, entrepreneurial and moral leadership among students and become their role model. "

(Dr. Avul Pakir Jainulabdeen Abdul Kalam, President of India)


Lecture by:

Richard A. Muller

I am a Professor in the Department of Physics at the University of California at Berkeley, and Faculty Senior Scientist at the Lawrence Berkeley Laboratory, where I am also associated with the Institute for Nuclear and Particle Astrophysics.

Kepemimpinan dalam Fisika

(Prof. Yohanes Surya, Ph.D./Rektor Universitas Multimedia Nusantara)

Fenomena Mestakung

Fenomena ini terjadi ketika suatu sistem berada pada keadaan kritis. Misalnya Ketika pasir dituangkan diatas lantai, pasir akan membentuk suatu bukit, makin lama pasir makin tinggi. Tapi terjadi keanehan ketika pasir mencapai ketinggian kritis. Pada ketinggian kritis ini pasir mengatur diri, mempertahankan kemiringan bukit tetap sama. Sehingga bukit tidak hancur.


Hal yang sama terjadi ketika angsa-angsa yang tinggal di daerah 4 musim menghadapi musim dingin. Ketika musim dingin tiba angsa berada pada kondisi kritis. Mereka berdiam diri akan mati kedinginan, terbangpun mereka akan mati karena daerah yang hangat jaraknya ribuan kilometer. Kondisi kritis ini membuat angsa-angsa mengatur diri. Mereka terbang membentuk huruf “V”. Pada formasi ini angsa yang paling lelah adalah angsa yang terdepan. Ketika angsa ini lelah, angsa angsa lain mengatur diri menggantikannya satu persatu. Ada pengaturan diri ketika kondisi kritis.

Orang yang dikejar anjing berada pada kondisi kritis. Pada keadaan ini sel sel tubuh orang ini akan mengatur diri, memberikan energi lebih sehingga orang yang semula hanya bisa melompat 1 meter sekarang dapat melompat 1,5 meter.

Dari tiga peristiwa itu terlihat bahwa ada pengaturan diri ketika kondisi kritis. Proses pengaturan diri untuk keluar dari kondisi kritis ini saya namakan mestakung.

Ada 3 hukum Mestakung:

• Hukum 1: pada kondisi kritis ada jalan keluar
• Hukum 2: ketika seorang melangkah ia akan melihat jalan keluar.
• Hukum 3: Ketika seorang tekun melangkah, ia akan mengalami mestakung.

Ketiga hukum mestakung ini saya singkat dengan kata KRILANGKUN (KRItis, meLANGkah, teKUN).

Mestakung terjadi hanya ketika kondisi kritis. Untuk membuat hukum ini bekerja kita harus membuat situasi kritis. Setelah itu kita harus melangkah. Nah ketika kita melangkah dengan tekun inilah terjadilah mestakung (semesta mendukung). Mestakung akan menciptakan pelipatgandaan hasil, yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang mustahil menjadi kenyataan, terjadi hal hal yang luar biasa.

Fenomena mestakung cocok untuk organisasi yang berada dalam kondisi kritis atau yang dibuat kritis seperti PSSI, perusahaan yang ingin berkembang cepat ataupun negara yang ingin menjadi negara superpower.

Pemimpin yang dibutuhkan dalam situasi ini adalah pemimpin yang ngoyo (kejar habis). Pemimpin ini harus punya ambisi besar, mau kerja keras dan tekun (tidak akan berhenti sebelum tujuan ini tercapai). Pemimpin ini harus punya ekstra energi dan didukung oleh pembantu-pembantunya yang juga mempunyai ambisi yang sama. Dalam tim yang dibentuk harus muncul kesadaran bahwa mereka tidak akan berhenti sebelum tujuannya tercapai. Mereka harus sadar bahwa begitu mereka berhenti di tengah jalan maka mestakung tidak akan bekerja, dan mereka tidak akan berhasil.


Kepemimpinan di abad 21

Abad 21 ini adalah abad globalisasi. Faktor globalisasi ini, membuat masyarakat menjadi lebih kompleks. Orang yang dipimpin akan lebih beragam, sehingga kepemimpinan di abad 21 ini diharapkan merupakan kombinasi dari 4 kepemimpinan diatas. Pemimpin diharapkan mampu mendeteksi situasi dan mampu merubah gaya kepemimpinannya sesuai dengan situasi yang dihadapinya. Kadang ketika organsisai lesu, pemimpin harus menggunakan kepemimpinan Newton yang otoriter untuk membuat semua orang bangun.

Kepemimpinan otoriter ini perlu ditambah dengan kepemimpinan mestakung agar setiap orang yang dipimpinnya merasa kritis sehingga mereka lebih termotivasi untuk maju. Juga jangan lupakan kepemimpinan Einstein yang lebih demokratis untuk memperhatikan setiap input yang masuk. Dan ingat bahwa dalam abad ke 21 tidak ada yang pasti, semua penuh ketidakpastian.

Sumber:

1. University California at Berkeley

2. Team Olimpiade Fisika Indonesia


Semoga Bermanfaat

Senin, 01 Agustus 2011

Introduction to Special Relativity



Albert Einstein.
Introduction:



Special relativity (SR, also known as the special theory of relativity or STR) is the physical theory of measurement in an inertial frame of reference proposed in 1905 by Albert Einstein in the paper "On the Electrodynamics of Moving Bodies".

It extends Galileo's principle of relativity—that all uniform motion is relative, and that there is no absolute and well-defined state of rest (no privileged reference frames)—to account for the constant speed of light—which was previously observed in the Michelson-Morley experiment—and postulates that it holds for all the laws of physics, including both the laws of mechanics and of electrodynamics, whatever they may be.

This theory has a wide range of consequences which have been experimentally verified, including counter-intuitive ones such as length contractiontime dilation and relativity of simultaneity. It has replaced the classical notion of invariant time interval for two events with the notion of invariant space-time interval. Combined with other laws of physics, the two postulates of special relativity predict the equivalence of mass and energy, as expressed in the mass–energy equivalence formula E = mc2, where c is the speed of light in vacuum.

The predictions of special relativity agree well with Newtonian mechanics in their common realm of applicability, specifically in experiments in which all velocities are small compared with the speed of light. Special relativity reveals that c is not just the velocity of a certain phenomenon—namely the propagation of electromagnetic radiation (light)—but rather a fundamental feature of the way space and time are unified as spacetime. One of the consequences of the theory is that it is impossible for any particle that has rest mass to be accelerated to the speed of light.
The theory was originally termed "special" because it applied the principle of relativity only to the special case of inertial reference frames, i.e. frames of reference in uniform relative motion with respect to each other. Einstein developed general relativity to apply the principle in the more general case, that is, to any frame so as to handle general coordinate transformations, and that theory includes the effects of gravity.
The term is currently used more generally to refer to any case in which gravitation is not significant. General relativity is the generalization of special relativity to include gravitation. In general relativity, gravity is described using noneuclidean geometry, so that gravitational effects are represented by curvature of spacetime; special relativity is restricted to flat spacetime. 

Just as the curvature of the earth's surface is not noticeable in everyday life, the curvature of spacetime can be neglected on small scales, so that locally, special relativity is a valid approximation to general relativity. The presence of gravity becomes undetectable in a sufficiently small, free-falling laboratory.




By: Prof. Bruce Knuteson:


Assistant Professor of Physics di: 
a. Massachusetts Institute of Technology
b. Enrico Fermi Postdoctoral Fellow di University of Chicago

Pendidikan:
a. University of California, Berkeley
b. Rice University

MIT Course Number: 8.20

Level: Undergraduate


 

 

Course Highlights

This course is offered during the Independent Activities Period (IAP), which is a special 
4-week term at MIT that runs from the first week of January until the end of the month.

Course Description

This course introduces the basic ideas and equations of Einstein's Special Theory of Relativity. If you have hoped to understand the physics of Lorentz contraction, time dilation, the "twin paradox", and E=mc2, you're in the right place.

Acknowledgements

Prof. Knuteson wishes to acknowledge that this course was originally designed and taught by: Prof. Robert Jaffe.

Kunjungi laman Prof. Knuteson:
http://www.bruceknuteson.com/

Sabtu, 30 Juli 2011

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Fisika Indonesia

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Fisika Indonesia

(Indonesian Physics Student Association)

Visi

International Quality in Physics Education

Misi

Is to enhance the understanding and appreciation of physics through teaching

Program

HMPFI bertujuan :


  1. Mewujudkan cita-cita Proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mempertahankan, mengamankan, serta mengamalkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945
  2. Berperan aktif mencapai tujuan nasional dalam mencerdaskan bangsa dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya
  3. Berperan serta mengembangkan system dan pelaksanaan pendidikan nasional
  4. Mempertinggi kesadaran dan sikap Mahasiswa Pendidikan Fisika, meningkatkan mutu dan kemampuan profesi guru di masa depan dan tenaga kependidikan lainnya
  5. Menjaga, memelihara, membela, serta meningkatkan harkat dan martabat Mahasiswa Fisika melalui peningkatan kesejahteraan anggota serta kesetiakawanan organisasi.



Fokus:

Inovasi, Riset dan Pengembangan Pendidikan Fisika 


PENDIDIKAN DI INDONESIA : MASALAH DAN SOLUSINYA

OLEH : M. SHIDDIQ AL-JAWI

Pendidikan yang sekuler materialis-tik ini memang bisa melahirkan orang pandai yang menguasai sains-teknologi melalui pendidikan umum yang diikuti-nya. Akan tetapi, pendidikan semacam itu terbukti gagal membentuk kepribadian peserta didik dan penguasaan tsaqafah Islam. 

Berapa banyak lulusan pendidikan umum yang tetap saja "buta agama" dan rapuh kepribadiannya? Sebaliknya, mereka yang belajar di lingkungan pendidikan agama memang menguasai tsaqafah Islam dan secara relatif sisi kepribadiannya ter-garap baik. Akan tetapi, di sisi lain, ia buta terhadap perkembangan sains dan teknologi. 

Akhirnya, sektor-sektor modern (industri manufaktur, perdagangan, dan jasa) diisi oleh orang-orang yang relatif awam terhadap agama karena orang-orang yang mengerti agama terkumpul di dunianya sendiri (madrasah, dosen/guru agama, Depag), tidak mampu terjun di sektor modern. 

Jadi, pendidikan sekuler memang bisa membikin orang pandai, tapi masalah integritas kepribadian atau perilaku, tidak ada jaminan sama sekali. Sistem pendidikan sekuler itu akan melahirkan insan pandai tapi buta atau lemah pemahaman agamanya. 

Lebih buruk lagi, yang dihasilkan adalah orang pandai tapi korup. Profesional tapi bejat moral. Ini adalah Output umum dari sistem pendidikan sekuler. 

Mari kita lihat contoh negara Amerika atau negara Barat lainnya. Ekonomi mereka memang maju, kehidupan publik-nya nyaman, sistem sosialnya nampak rapi. Kesadaran masyarakat terhadap peraturan publik tinggi. Tapi, perlu ingat bahwa agama ditinggalkan, gereja-gereja kosong. Agama dilindungi secara hukum tapi agama tidak boleh bersifat publik. 

Hari raya Idul Adha tidak boleh dirayakan di lapangan, azan tidak boleh pakai mikrofon. Pelajaran agama tidak saja absen di sekolah, tapi murid-murid khususnya Muslim tidak mudah melaksanakan sholat 5 waktu di sekolah. Kegiatan seks di kalangan anak sekolah bebas, asal tidak melanggar moral publik. 

Narkoba juga bebas asal untuk diri sendiri. Jadi dalam kehidupan publik kita tidak boleh melihat wajah agama. Sistem pendidikan yang material-sekularis-tik tersebut sebenarnya hanyalah merupakan bagian belaka dari sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang juga sekuler.  Dalam sistem sekuler  aturan-aturan, pandangan, dan nilai-nilai Islam memang tidak pernah secara sengaja digunakan untuk menata berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Karena itu, di tengah-tengah sistem sekularis-tik ini lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai agama.