Visi
Misi
Program
Fisika Bumi Siliwangi Emang Keren
The Present tenses
The Present Simple and the Present Continuous
The Present Simple: |
What is it? | It defines an action that happens regularly or as a routine It also defines general truths or scientific facts It is used to express functions of systems in technical English |
How is it constructed ? | Take the infinitive of the verb for example 'to work' and remove 'to'. There is no change except for the third person singular which requires the addition of s/es/ies |
Positive forms: The verb only changes in the third person singular i.e. he/she/it. We attach 's' or 'es' or 'ies': |
I work play read you work play read he/she/it works plays reads we work play read they work play read |
Time markers | They mark the regularity of an action. Frequency adverbs: always, usually, often, sometimes, hardly ever, rarely, never. Their position is usually between the subject and the verb in the positive form or before the verb in the negative or question forms. Time expressions: every day/week/month/year, on Sundays, etc. They are at the beginning or at the end of the sentence. |
Learn some irregular forms of the third person singular: |
have- has |
After verbs that end in -s/-ch/-sh, add 'es'. The pronunciation is /iz/ |
pass - passes |
Note the third person singular of the verbs 'go' and 'do': |
go-goes |
When a verb ends in 'y', if preceded by a consonant you eliminate 'y' and add '-ies' |
study-studies |
If 'y' is preceded by a vowel, you don't eliminate anything. Just add 's' as usual: |
play-plays |
Negative form | The main scheme for the negative form is: Subject + auxiliary -not/n't + verb i.e.: I don't study It is the same for all persons BUT for the third person singular: He doesn't study |
Question form | The main pattern for the question form is: Wh- + auxiliary + subject + verb i.e.: Where DO you come from? The auxiliary DO is used for all persons except the third person singular: Why DOES he always arrive late for work? DOES she like travelling? |
When to use the Present Simple: |
- Water boils at 100°C |
We use the present simple with adverbs of frequency to describe habits, routines and regular or rare events: Among these adverbs we find: always/often/usually/sometimes/occasionally/rarely/hardly ever/never etc. These normally come BEFORE the verb, although 'sometimes' and 'occasionally' may change position: |
- He always studies after dinner - I usually wear plastic goggles when I perform experiments in the laboratory - Prof. Taylor's lecture normally starts at 11.15, but today it starts at 10.30. - Franco never prepares for his exams and leaves revision until the very last moment. - The weather here is not very good. It often rains. - Dr. Braithwaite usually prepares his presentations using Powerpoint - Sometimes I get headache if I look at the computer screen too long. |
Try out a general knowledge quiz based on scientific facts: Click here >> |
The Present Continuous (or Progressive): |
What is it? | This tense is used to describe what IS HAPPENING NOW. Key time expressions are: 'NOW', 'AT THE MOMENT', 'CURRENTLY'. Note that the adverb ACTUALLY in English is not translated into Italian as 'ATTUALMENTE'. It is a so-called false friend, and means 'really', 'in actual fact'. Translate 'ATTUALMENTE' as 'NOW', 'AT THE MOMENT', 'CURRENTLY' etc. It is also used to describe future plans and intentions. Although grammatically, its construction does not change, using relevant time expressions such as '', 'TONIGHT', 'NEXT WEEK', 'TOMORROW' transforms the sentence into future time. It is particularly used when talking about future arrangements and diary entries. |
How is it constructed? | This tense is composed of: the verb "to be" and the present participle form of the verb in -ing: |
For example, take the verb "to work":
|
To make a negative, just transform the verb "to be" into the negative and add the -ing form of the verb:
|
To make a question, INVERT the verb "to be" and the subject:
|
Hal yang sangat patut direnungkan oleh umat Islam, dan ini menjadi kendala bagi kemajuan umat adalah faktor leadership (kepemimpinan) dan kemampuan manajemen. Dampaknya pun jelas, dengan dua titik lemah ini potensi yang banyak tidak terbaca, tidak tergali secara maksimal, dan tidak bisa dikembangkan menjadi sebuah sinergi yang memiliki dampak besar bagi kemajuan umat.
Kelemahan leadership dan manajerial ini ternyata dapat kita telusuri dengan mengamati bagaimana pemahaman umat tentang sifat Rasulullah SAW. Diantara titik-titik yang kurang tersentuh secara maksimal adalah bagaimana umat Islam mempelajari masa muda Rasulullah SAW sebelum menjadi nabi.
Dari beberapa literatur yang didapat, betapa jiwa entrepreneurship Rasulullah di bidang wirausaha begitu mendominasi, sehingga beliau berkembang menjadi seorang pemimpin yang memiliki jiwa entrepreneur, dan keterampilan manajemen yang baik untuk mengelola sebuah dakwah, sebuah sistem yang bertata nilai kemuliaan Al Islam.
Pada waktu Rasulullah masih kecil, beliau sudah mempunyai sebuah proyek untuk menjaga kehormatan harga dirinya agar tidak menjadi beban bagi kehidupan ekonomi pamannya, Abu Thalib, yang memang tidak tergolong kaya. Beliau mendapat upah dari menggembalakan beberapa ekor kambing miliki orang lain, yang secara otomatis mengurangi biaya hidup yang harus ditanggung oleh pamannya ini.
Pada usia 12 tahuan, sebuah usia yang relatif muda, beliau melakukan perjalanan dagang ke Syiria bersama Abu Thalib. Beliau tumbuh dewasa di bawah asuhan pamannya ini dan belajar mengenai bisnis perdagangan darinya. Bahkan ketika menjelang dewasa dan menyadari bahwa pamannya bukanlah orang berada serta memiliki keluarga besar yang harus diberi nafkah, Rasulullah mulai berdagang sendiri di kota Mekkah.
Bisnisnya diawalai dengan sebuah perdagangan taraf kecil dan pribadi, yaitu dengan membeli barang dari satu pasar dan menjualnya kepada orang lain. Aktivitas bisnis lainnya dengan sejumlah orang di kota Mekkah pun dilakukan. Dengan demikian ternyata Rasulullah telah melakukan aktivitas bisnis jauh sebelum beliau bermitra dengan Khadijah. Dan inilah yang membuahkan pengalaman yang tak ternilai harganya dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan pada diri Rasulullah.
Ciri yang sangat khas dari aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah waktu itu adalah beliau sangat terkenal karena kejujurannya dan sangat amanah dalam memegang janji. Sehingga tidak ada satupun orang yang berinteraksi dengan beliau kecuali mndapat kepuasan yang luar biasa. Dan ini merupakan sebuah nuansa dengan pesona tersendiri bagi warga Jazirah Arab. apalagi kemuliaan akhlaknya seakan menebarkan pesona indah kepribadiannya.
Pun ketika beliau tidak memiliki uang untuk berbisnis sendiri, ternyata beliau banyak menerima modal dari orang-orang kaya Mekkah yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana mereka, dan menyambut baik seseorang yang jujur untuk menjalankan bisnis dengan uang yang mereka miliki berdasarkan kerjasama. Tiada lain karena sejak kecil Rasulullah telah dikenal oleh penduduk Mekkah sangat rajin dan penuh percaya diri. Dikenal pula oleh kejujuran dan integritasnya dibidang apapun yang dilakukannya. Tak berlebihan bila penduduk Mekkah memanggilnya dengan sebutan Shiddiq (jujur) dan Amin (terpercaya).
Salah seorang pemiliki modal itu adalah Khadijah, yang kelak menjadi istri beliau, yang menawarkan suatu kemitraan berdasarkan sistem bagi hasil (profit sharing). Dan, subhanallaah, kecakapan Rasulullah dalam berbisnis telah mendatangkan keuntungan, dan tidak satupun jenis bisnis yang ditanganinya mendapat kerugian. Selama bermita dengan Khadijah inilah Rasulullah telah melakukan perjalanan dagang ke pusat bisnis di Habasyah (Ethiopia) dan Yaman. Beliau pun empat kali memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syria dan Jorash.
Diantara hal yang terus menerus harus kita teladani dari Rasulullah dalam interaksi bisnisnya adalah beliau sangat menjaga nilai-nilai harga diri, kehormatan, dan kemuliannya dalam proses interaksi bisnisnya ini. Bisnis bagi Rasulullah SAW tidak hanya sebatas perputaran uang dan barang, tapi ada yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu mejaga kehormatan diri. Sehingga keuntungan apapun dari setiap transaksi yang beliau dapatkan, maka kemuliaannya justru semakin menjulang tinggi. Semakin dihormati, semakin disegani dan ini menjadi aset tak ternilai harganya yang mendatangkan kepercayaan dari para pemilik modal.
Dengan kata lain, modal terbesar dari seorang yang menjadi pengusaha sukses, pemimpin sukses, atau ilmuwan sukses dalam disiplin ilmu apapun, ternyata jiwa entrepreneur ini harus dikembangkan sejak awal. Pembangunan harga diri, pembangunan etos kerja, pembangunan karir kehormatan sebagai seorang jujur yang terbukti teruji dan sangat amanah terhadap janji-janji, jikalau hal ini ditanamkan, dilatih sejak awal maka akan membuahkan kepribadian yang sangat bermutu tinggi dan ini menjadi bekal kesuksesan bekerja dimanapun atau kesuksesan mengemban amanah jenis apapun.
Dan yang paling perlu digaris bawahi, Rasulullah SAW mengadakan transaksi bisnis sama sekali tidak untuk memupuk kekayaan pribadi, tetapi justru untuk membangun kehormatan dan kemuliaan bisnisnya dengan etika yang tinggi dan hasil yang didapat justru untuk didistribusikan ke sebanyak umat. Sehingga kesuksesannya mampu membawa banyak dampak positif, yaitu kesuksesan dan kesejahteraan bagi umat yang lainnya. Dan inilah yang menyebabkan kepribadian junjungan kita, Rasullah SAW begitu monumenatal, baik dalam mencari nafkah maupun dalam menafkahkan karunia rizki yang diperolehnya.
Semoga kita semua mampu merenungi kejujuran diri, amanah, dan kegigihan dalam menjaga kehormatan harga diri kita selaku umat Islam.***