Minggu, 28 Februari 2010

Guru Fisika Bertaraf Internasional

Pengembangan Pendidikan Guru Bertaraf Internasional bidang MIPA


LATAR BELAKANG


Gambaran Umum

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 ayat 3 menyebutkan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.

Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah sekolah yang memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan muatan-muatan yang mengacu pada standar pendidikan dari sekurang-kurangnya satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di tingkat internasional (SNP + X).

Sesuai dengan amanat Undang-undang tersebut pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sejak tahun 2004 telah mengembangkan program rintisan SBI untuk memfasilitasi Sekolah yang berpotensi menjadi SBI. Salah satu komponen yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan SBI adalah pendidik. Kompetensi pendidik SBI harus memenuhi standar kompetensi pendidik yang sesuai dengan standar nasional pendidikan yang diperkaya dengan standar kompetensi pendidik yang berstandar internasional.

Pendidik pada SBI harus memenuhi standar kompetensi yang meliputi:

Memiliki kualifikasi akademik minimal S-1

Memiliki latar belakang keilmuan sesuai dengan mata pelajaran yang dibina

Memiliki sertifikat profesi pendidik sesuai jenjang satuan pendidikan tempat tugasnya (nasional dan internasional)

Memiliki kesanggupan untuk mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan

Memiliki kinerja tinggi baik secara individu maupun dalam kelompok

Mampu menggunakan media/sumber belajar berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar mengajar

Mampu melaksanakan proses belajar mengajar dalam Bahasa Inggris secara efektif
(TOEFL > 500).


Rencana strategis (Renstra) Depdiknas tahun 2004-2009 mentargetkan bahwa di setiap kabupaten/kota (sekitar 440 buah) harus diselenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Sampai dengan tahun 2007 Depdiknas telah memberikan block grant kepada 200 SMA, 112 SMK, 200 SMP dan 38 SD untuk membantu sekolah-sekolah tersebut dalam mengembangkan program menuju SBI.

Selain itu Departemen Agama juga telah memberikan block grant kepada sejumlah Madrasah untuk tujuan yang sama. Sebagai konsekuensi dari program pengembangan SBI, saat ini kebutuhan akan tenaga pendidik dari dalam negeri yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan sebagaimana tersebut di atas sangat mendesak agar tidak diisi oleh tenaga dari luar. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sampai saat ini belum ada LPTK yang secara formal menyelenggarakan program S-1 MIPA yang lulusannya mampu mengajar di SBI.

Untuk mengatasi hal ini pemerintah melalui Direktorat Ketenagaan Ditjen Dikti meluncurkan sebuah program hibah untuk pengembangan pendidikan guru bertaraf internasional bidang MIPA. Dalam program ini pemerintah akan memberikan block grant kepada sejumlah Perguruan Tinggi yang dinilai mampu menyelenggarakan pendidikan guru MIPA bertaraf internasional yang lulusannya memenuhi standar kompetensi SBI.


LANDASAN HUKUM

Pengembangan pendidikan guru bertaraf internasional bidang MIPA berlandaskan pada:

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 50:

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005?2025 mengatur perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa: Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional.

Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan sekolah bertaraf internasional pada tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah dengan pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan, untuk mengembangkan SD, SMP, SMA, dan SMK yang bertaraf internasional.

1. KEGIATAN

Hibah Program Pengembangan Pendidikan Guru Bertaraf Internasional bidang MIPA merupakan block grant yang diberikan oleh Pemerintah (Ditjen Dikti-Depdiknas) dari APBN kepada LPTK negeri maupun swasta yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pendidikan guru bertaraf internasional bidang MIPA program S-1. Mengingat kebutuhan guru MIPA untuk SBI sangat mendesak maka program hibah ini tidak hanya melibatkan mahasiswa angkatan 2008/2009 tetapi juga harus diterapkan pada mahasiswa angkatan 2006/2007 dan 2007/2008 sehingga dihasilkan lulusan pada tahun 2010.

2. TUJUAN

Program hibah Pengembangan Pendidikan Guru Bertaraf Internasional bidang MIPA ditujukan untuk membantu LPTK menghasilkan guru-guru MIPA yang memenuhi standar kompetensi SBI.

3. INDIKATOR KELUARAN

Program hibah Pengembangan Pendidikan Guru Bertaraf Internasional bidang MIPA dinyatakan berhasil jika indikator-indikator berikut ini dapat dicapai.

Tersedianya kurikulum program S-1 pendidikan guru bertaraf internasional bidang MIPA pada tahun pertama.

Tersedianya bahan ajar bahasa Inggris untuk MIPA. Perguruan tinggi penerima hibah diharuskan membuat mata kuliah bahasa Inggris untuk MIPA.

Tersedianya minimal dua bahan ajar (hand out) beserta Satuan Acara Perkuliahan dan instrumen evaluasi pembelajaran dalam bahasa Inggris untuk mata kuliah bidang studi setiap program studi setiap semester.

Lulusan mampu menggunakan media/sumber belajar berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar mengajar.

Lulusan mampu menyusun Rencana Program Pengajaran dan mampu mengampu pembelajaran bidang studi MIPA yang dikuasai dengan pengantar bahasa Inggris.

Terjadinya peningkatan secara signifikan skor rata-rata TOEFL mahasiswa setiap tahunnya dan pada akhir masa studinya rata-rata skor TOEFL mahasiswa minimal 500.

Perguruan tinggi pengusul diharuskan membuat target pencapaian performance indicators tahunan yang didasarkan pada hasil evaluasi diri dan program yang diusulkan.

MEKANISME PELAKSANAAN

Persyaratan Pengusul

Perguruan tinggi pengusul program hibah Pengembangan Pendidikan Guru Bertaraf Internasional bidang MIPA harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

Hibah ini khusus diberikan kepada perguruan tinggi yang memiliki jurusan atau program studi S-1 Pendidikan Matematika, Pendidikan Fisika, Pendidikan Kimia dan Pendidikan Biologi.

Fakultas memiliki sekurang-kurangnya 25 persen dosen lulusan luar negeri dalam bidang yang linear dari universitas yang menggunakan pengantar Bahasa Inggris atau dosen lulusan dalam negeri yang memiliki skor TOEFL/IELTS sekurang-kurangnya 500/5,5.


Akreditasi institusi minimal B atau setiap program studi S-1 Pendidikan Matematika, Pendidikan Fisika, Pendidikan Kimia dan Pendidikan Biologi minimal B.

Fakultas mampu mengembangkan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Fakultas harus menjalin kemitraan dengan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris atau UPT Bahasa, dengan disertai dokumen kemitraan.

Apabila diselenggarakan kelas-kelas khusus untuk pendidikan guru bertaraf internasional bidang MIPA maka harus berisi antara 20 sampai 25 mahasiswa per kelas.

Perguruan tinggi pengusul telah menghasilkan lulusan jenjang S-1 bidang MIPA.

Perguruan tinggi pengusul memiliki unit penjaminan mutu.

Perguruan tinggi terpilih harus membentuk task force pengelola hibah.

Selain itu perguruan tinggi pengusul juga harus menunjukkan komitmennya untuk mengikuti peraturan dan kebijakan yang telah digariskan oleh pemerintah, yang antara lain ditandai dengan:

Pemenuhan atas persyaratan minimal penyelenggaraan perguruan tinggi, khususnya menyangkut izin operasi perguruan tinggi dan program studi yang diselenggarakan.

Secara tertib dan lengkap menyampaikan laporan EPSBED kepada Ditjen Dikti yang meliputi seluruh program studi yang diselenggarakan perguruan tinggi tersebut.

Tidak menyelenggarakan program yang bertentangan dengan kebijakan Ditjen Dikti seperti kelas jauh, ijazah palsu, menyelenggarakan program tanpa izin, dll.

Tidak sedang dikenakan sanksi oleh Ditjen Dikti (termasuk yang terkait dengan penyimpangan dalam pelaksanaan hibah sebelumnya).

Bersedia mengikuti sistem dan prosedur pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dan pengadaan yang ditetapkan pemerintah.



PROSES SELEKSI

Dalam melakukan proses seleksi dan menetapkan calon penerima hibah akan dipertimbangkan kondisi geografis LPTK. Pada tahap pertama ini akan dipilih 4 LPTK sebagai pemenang hibah. Proses seleksi penerima hibah mencakup 3 tahap yaitu: Evaluasi Proposal (Desk Evaluation), Site Evaluation, dan Penetapan Pemenang.

A. Evaluasi Proposal

Evaluasi Proposal dititikberatkan pada kemampuan perguruan tinggi dalam melakukan evaluasi diri dan merancang usulan program pengembangan. Proposal yang memenuhi persyaratan pengusul akan dievaluasi oleh peer reviewer. Masing-masing proposal akan dievaluasi secara terpisah oleh 3 reviewer. Ketiga reviewer selanjutnya akan menyampaikan rekomendasi tentang mutu dan kelayakan proposal tersebut.

B. Site Evaluation

Site evaluation dilakukan secara bersama-sama oleh satu tim yang terdiri dari tiga reviewer. Site evaluation ini bertujuan untuk validasi dan verifikasi hal-hal yang dijadikan landasan dalam mengambil keputusan pada saat evaluasi proposal. Kriteria penilaian yang digunakan pada tahap ini sama dengan kriteria yang digunakan untuk menilai proposal. Pada site evaluation ini dilakukan observasi dan diskusi dengan elemen-elemen yang terkait. Aspek yang dievaluasi mencakup kejelasan program, keterlibatan elemen terkait, dan kelayakan anggaran yang diajukan.

C. Penetapan Pemenang

Penetapan pemenang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi setelah memperhatikan rekomendasi dari reviewer baik menyangkut evaluasi proposal (desk evaluation) maupun site evaluation.

D Monitoring dan Evaluasi

4. Tujuan

Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pengelolaan hibah dan pengembangan pendidikan guru bertaraf internasional bidang MIPA secara langsung di lapangan (Perguruan Tinggi penerima hibah). Kegiatan ini tidak hanya ditujukan untuk mengetahui seberapa baik dana hibah telah/sedang dikelola dan seberapa berhasil program pengembangan pendidikan guru bertaraf internasional bidang MIPA telah/sedang dilaksanakan, tetapi juga untuk mengidentifikasi kendala-kendala implementasi (bila ada), menemukan solusi terhadap hambatan-hambatan di lapangan, dan memperoleh umpan balik dari penerima hibah untuk perancangan/pengembangan kebijakan pemberian hibah serupa pada masa mendatang.

5. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi

Pelaksana monitoring dan evaluasi adalah tim yang dibentuk oleh Direktorat Ketenagaan Dikti. Tim ini terdiri dari personal yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam pengelolaan dana hibah dan pengembangan pendidikan guru bertaraf internasional bidang MIPA. Sebelum menjalankan tugasnya, tim menyusun instrumen monitoring dan evaluasi dan memperoleh pembekalan secukupnya.

6. Aspek-aspek Monitoring dan Evaluasi

Fokus monitoring dan evaluasi mencakup beberapa aspek, antara lain:
1. Kinerja tim hibah di Perguruan Tinggi penerima hibah.
2. Kualitas proses pelaksanaan masing-masing program pengembangan sebagaimana tertuang dalam proposal.
3. Kualitas pencapaian tujuan masing-masing program pengembangan sebagaimana tertuang dalam proposal.
4. Ketertiban administrasi pengelolaan hibah, dan
5. Dampak penerimaan hibah.


E .PENGAWASAN

Untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian. Rektor sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program ini di perguruan tinggi masing-masing. Pengawasan juga dilakukan oleh instansi resmi, antara lain Inspektorat Jenderal Depdiknas. Selain itu, warga perguruan tinggi yang bersangkutan, masyarakat umum ataupun lembaga lain yang kompeten dapat memberikan pengawasan terhadap pelaksanaan hibah ini. Oleh karena itu tim pengelola hibah harus melaksanakan program ini secara transparan dan akuntabel

PEMBIAYAAN

Program hibah direncanakan untuk jangka waktu 4 (empat) tahun. Dana hibah yang disediakan untuk pengembangan pendidikan guru bertaraf internasional bidang MIPA ini maksimal sebesar Rp 2.000.000.000 (dua milyar rupiah) untuk 4 (empat) tahun, dengan porsi pembiayaan maksimal 90% dari Ditjen Dikti dan minimal 10% dari Perguruan Tinggi pengusul. Pembiayaan akan menerapkan paradigma output-outcome oriented. Artinya, penggunaan block grant tidak hanya untuk mahasiswa angkatan 2008/2009. Usulan program harus mampu menghasilkan lulusan pada tahun 2010 yakni dengan melibatkan mahasiswa angkatan 2006/2007 dan 2007/2008. Dengan demikian, perencanaan program dan pembiayaan harus disusun untuk 4 (empat) tahun, dilengkapi action plan untuk setiap tahunnya.

Berikut akan dijelaskan komponen-komponen biaya yang dapat diusulkan.

1. Pengembangan kurikulum
2. Peralatan
3. Bahan habis praktikum
4. Bahan Ajar
5. Pengembangan Staf
6. Bantuan Teknis
7. Penelitian dan Pengembangan
8. Manajemen Program



Sumber:
DEPDIKNAS DIKTI

Senin, 22 Februari 2010

Pusat Penelitian Pendidikan Fisika Indonesia

Visi

Fisika untuk Sekolah

Misi

Perbaikan Terus Menerus dalam bidang Pengajaran Fisika


Program

1. Sains Fisika untuk Anak-anak dan Sekolah Dasar
2. Fisika untuk Sekolah Menengah Pertama
3. Fisika untuk Sekolah Menengah Atas

Minggu, 21 Februari 2010

Pendahuluan Fisika Kuantum

Pendahuluan Fisika Kuantum

I. Deskripsi

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah pendahuluan bagi mata kuliah fisika kuantum dan juga merupakan prasyarat bagai mata kuliah lain yaitu MK Fisika inti, fisika zat padat dan mata kuliah lain yang tergabung dalam KBK fisika material. Selesai mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pada kondisi seperti apa suatu permasalahan fisika cukup dibahas secara klasik dan pada kondisi bagaimana suatu permasalahan fisika harus dibahas secara mekanika kuantum, mampu menjelaskan bahwa fisika klasik bersifat deterministic sedangkan mekanika kuantum bersifat statistik serta mampu menjelaskan persamaan dinamika dalam mekanikan kuantum serta mengaplikasikannya baik dalam permasalahan 1 dimensi maupun untuk permasalahan 3 dimensi. Dalam perkuliahan ini dibahas ide ide dasar mekanika kuantum, probabilitas gelombang materi, ruang fungsi gelombang partikel tunggal, persamaan dinamika mekanika kuantum (pers. Schrodinger), aplikasi persamaan schrodinger bebas waktu pada permasalahan sederhana 1 dimensi baik untuk free particle maupun bound states, aplikasi persamaan schrodinger 3 dimensi pada atom hydrogen (gaya sentral), momentum sudut orbital dan penjumlahan momentum sudut. Pelaksanaan kuliah menggunakan pendekatan ekspositori dalam bentuk ceramah dan pemecahan masalah yanmg dilengkapi dengan penggunaan OHT. Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa dilakukan evaluasi berupa UTS dan UAS


II. Silabus

1. Identitas mata kuliah

a. Nama mata kuliah : Pendahuluan Fisika Kuantum
b. Nomor kode : FI363
c. Jumlah sks : 3
d. Semester : VI
e. Kelompok mata kuliah : MKKP
f. Program studi/Program : Pendidikan Fisika dan Fisika / S1
g. Status mata kuliah : Wajib
h. Prasyarat : Fisika Modern
i. Dosen : P.Sinaga, Yuyu Rahmat Tayubi, Asep Sutiadi



2. Tujuan

Selesai mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pada kondisi seperti apa suatu permasalahan fisika cukup dibahas secara klasik dan pada kondisi bagaimana suatu permasalahan fisika harus dibahas secara mekanika kuantum, mampu menjelaskan bahwa fisika klasik bersifat deterministic sedangkan mekanika kuantum bersifat statistic serta mampu menjelaskan persamaan dinamika dalam mekanikan kuantum, mengaplikasikannya baik dalam permasalahan 1 dimensi maupun untuk permasalahan 3 dimensi serta mampu menentukan bilangan kuantum orbital total yang diperbolehkan dari suatu sistim berelektron banyak


3. Deskripsi isi

Dalam perkuliahan ini dibahas ide-ide dasar mekanika kuantum, probabilitas gelombang materi: rapat probabilitas, probabilitas, harga ekspektasi, variansi (dari variable posisi, momentum, energi kinetic, energi total) dan ketidakpastian. Ruang fungsi gelombang partikel tunggal: ruang fungsi gelombang sebagai ruang vector berdimensi n, operator operator dalam mekanika kuantum, sifat operator komutator. Postulat dalam mekanika kuantum: postulat 1, postulat 2, postulat 3, postulat 4, postulat 5, postulat 6. Persamaan dinamika mekanika kuantum: pers. Schrodinger bergantung waktu.

Persamaan schrodinger tidak bergantung waktu. Aplikasi persamaan schrodinger bebas waktu pada permasalahan sederhana 1 dimensi: free particle, step potential, barrier potential, sumur potensial persegi berhingga, sumur potensial persegi tak hingga, potensial osilator harmonik. Aplikasi persamaan Schrodinger pada permasalahan 3 dimensi: partikel bebas, partikel dalam keadaan terikat (bound states), atom hydrogen (gaya sentral). Momentum sudut orbital: operator operator momentum sudut orbital. Penjumlahan momentum sudut: representasi gandeng dan tak gandeng, penjumlahan momentum sudut untuk sistim dua electron, penjumlahan momentum sudut untuk sistim electron banyak.



4. Pendekatan pembelajaran:

Ekspositori
• Metode : Ceramah, tanya jawab, dan pemecahan masalah
• Tugas : Makalah
• Media : OHT .

5. Evaluasi
• makalah
• UTS
• UAS


6. Rincian materi perkuliahan tiap pertemuan

Pertemuan ke 1 : Penjelasan deskripsi dan silabi mata kuliah pendahuluan fisika kuantum, postulat quantisasi energi dari Planck, penurunan persamaan rapat energi sebagai fungsi frekuensi dari benda hitam .

Pertemuan ke 2 : Teori kuantum Einstein untuk efek photo listrik, hamburan Compton, Kuantisasi momentum sudut dan tingkat tingkat energi pada atom oleh Bohr, kuantisasi Wilson-Sommerfeld.

Pertemuan ke 3 : Postulat de broglie, persamaan gelombang materi, persamaan transform fourier, relasi Parceval.

Pertemuan ke 4 : Probabilitas gelombang materi: interpretasi Max Born, fungsi gelombang dalam mekanika kuantum, postulat kuantisasi.

Pertemuan ke 5 : Harga ekspektasi, variansi dan ketidak pastian dari besaran posisi, momentum dan energi suatu gelombang materi.

Pertemuan ke 6 : Ruang fungsi gelombang partikel tunggal sebagai ruang vektor.

Pertemuan ke 7 : Operator dan komutator.

Pertemuan ke 8 : Persamaan nilai eigen, observable dan beberapa teorema.

Pertemuan ke 9 : Persamaan Schrodinger.

Pertemuan ke 10 : Aplikasi persamaan Schrodinger tidak bergantung waktu pada permasalahan sederhana untuk 1 dimensi: partikel bebas, step potensial (bond states).

Pertemuan ke 11 : Barrier potensial, finite square well potensial, infinite square well potensial.

Pertemuan ke 12 : Potensial osilator harmonik.

Pertemuan ke 13 : Aplikasi persamaan Schrodinger tak bergantung waktu pada permasalahan sederhana untuk 3 dimensi : partikel bebas dalam sistim koordinat Cartesian, partikel bebas
dalam sistim koordinat bola (persamaan radial).

Pertemuan ke 14 : Partikel dalam medan potensial simetrik bola (atom Hidrogen)

Pertemuan ke 15 : Mekanika kuantum dari momentum angular: operator operator momentum angular, persamaan nilai eigen untuk operator momentum angular.

Pertemuan ke 16 : Penjumlahan momentum angular untuk sistim electron banyak.

7. Daftar buku.

Buku utama:
P. Sinaga dkk, 2002, Fisika Kuantum (diktat kuliah )

Referensi:

1. Cohen Claude, at all., 1977, Quantum Mechanics. New York, John Wiley & Sons.

2. Yariv Anmon, 1982, Theory and applications of quantum mechanics, New York, John Wiley & Sons.

Senin, 15 Februari 2010

Fisika Quantum

Jurusan Pendidikan Fisika

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pendidikan Indonesia

SILABI

Matakuliah

Fisika Kuantum

Kode

FIS526

Dosen

Parlindungan Sinaga, Drs., M.Si

Semester

Ganjil

Kredit

4

Jumlah Pertemuan

Jumlah Jam

4

Jumlah Mahasiswa

Jumlah Kelas

Pra-syarat

Pernah mengikuti kuliah Matematika Fisika dan Fisika Modern

Wajib / Pilihan

Wajib

MKDU /MKDK /MKBS /MKPBM

MKBS

Tujuan Matakuliah

Mahasiswa memahami bahwa fisika kuantum lebih umum dari pada fisika klasik dan mengetahui kapan suatu permasalahan dibahas secara mekanika kuantum dan kapan dibahas secara klasik.

Deskripsi Matakuliah

Materi perkuliahan ini adalah : ide-ide dasar mekanika kuantum, formulasi keadaan dalam mekanika kuantum, transformasi ruang keadaan, probabilitas gelombang-materi, ruang fungsi gelombang partikel tunggal, persamaan Schrodinger, aplikasi persamaan Schrodinger pada permasalahan sederhana 1 dimensi dan 3 dimensi, gaya sentral dan momentum angular.

Buku Wajib

Cohen Tannoudji, Quantum Mechanics, Volume I, Wiley International.

Buku Referensi

1. Richard Loboff, Introduction to Quantum Mechanics, Addison Wesley, Publishing Company.

2. S. Brandt, & H. Dicter, The Picture Book of Quantum Mechanics, John Willey & Soms.

3. John D. Mc.Gervey, Quantum Mechanics Concep & Applications Akademic Press.

Media

Evaluasi

Evaluasi dilakukan tiga kali yaitu tes unit 1, tes unit 2, dan tes unit 3.

Tugas mahasiswa



Jadwal

Kegiatan

Referensi

1st

Pendahuluan

2nd

Ide-ide dasar mekanika kuantum; radiasi benda hitam, efek foto listrik, efek compton dualisme gelombang partikel, prinsip ketidak pastian Heisenbergh.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi)

Buku1 :hal.431

Buku2 :hal.106

3rd

Probabilitas gelombang materi, gelombang paket.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi)

Buku1 :hal.303

Buku2 :hal.126

4rd

Interpretasi probabilitas dan prinsip ketidakpastian: harga ekspektasi dan variansi.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi)

Buku1 :hal.331

Buku2 :hal.204

5th

Ruang fungsi gelombang partikel tunggal: Struktur ruang fungsi gelombang, operator linier, sifat komutator, basis orthonormal diskrit.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi)

Buku1 :hal.331

Buku2 :hal.204

6th

Fungsi eiogen dan nilai eigen dari operator.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi Kuliah (ceramah)

Buku1 :hal.324

Buku2 :hal.254

7th

Persamaan Schrodinger dan aplikasinya : persamaan schrodinger bebas waktu, persamaan schrodinger bergantung waktu.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi Kuliah (ceramah)

Buku1 :hal.331

Buku2 :hal.204

8th

Aplikasi persamaan schrodinger pada persamaan satu dimensi: partikel bebas, step potensi, Barrier potensial.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi uliah (ceramah)

Buku1 :hal.341

9th

Sumur potensial persegi berhimgga, sumur potensial persegi takhingga, potensial osilator harmonik sederhana.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi Kuliah (ceramah)

Buku1 :hal344

10th

Persamaan dalam tiga dimensi : partikel bebas dalam koordinat Cartesian.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi Kuliah (ceramah)

Buku1 :hal.348

11th

Partikel bebas dalam koordinat bola: fungsi gelombang radial.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi Kuliah (ceramah)

Buku1 :hal.354

12th

Permasalahan gaya sentral (atom hidrogen), Hamiltonian, Harga eigen dan fungsi eigen.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi Kuliah (ceramah)

Buku1 :hal.372

Buku2 :hal.279

13th

Fungsi keadaan dalam arah radial, fungsi keadaam dalam arah orbital.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi Kuliah (ceramah)

Buku1 :hal.379

14th

Momentum angular orbital, sifat dasar momentum angular, harga eigen dari operator momentum angular.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi Kuliah (ceramah)

Buku1 :hal.388

15th

Fungsi eigen dari momentum angular orbital.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi Kuliah (ceramah)

Buku1 :hal.401

16th

Penjumlahan momentum sudut : representasi gandeng dan tak gandeng, operator CSCO.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi Kuliah (ceramah)

Buku2 ;hal.542

17th

Penjumlahan momentum sudut untuk sistem dua elektron, untuk sistem elektron baryah.

Kuliah (ceramah), diskusi dan latihan (responsi Kuliah (ceramah)

Buku1 :hal.424.

18th

Sumber:Buku Wajib
Cohen Tannoudji, Quantum Mechanics, Volume I, Wiley International.

Buku Referensi
1. Richard Loboff, Introduction to Quantum Mechanics, Addison Wesley, Publishing Company.
2. S. Brandt, & H. Dicter, The Picture Book of Quantum Mechanics, John Willey & Soms.
3. John D. Mc.Gervey, Quantum Mechanics Concep & Applications Akademic Press.

Quantum mechanics, also known as quantum physics or quantum theory, is a branch of physics providing a mathematical description of the dual particle-like and wave-like behaviour and interaction of matter and energy.

Quantum mechanics departs from classical mechanics primarily at the atomic and sub-atomic scales, the so-called quantum realm. In special cases some quantum mechanical processes are macroscopic, but these emerge only at extremely low or extremely high energies or temperatures.

The term was coined by Max Planck, and derives from the observation that some physical quantities can be changed only by discrete amounts, or quanta, as multiples of the Planck constant, rather than being capable of varying continuously or by any arbitrary amount. For example, the angular momentum, or more generally the action, of an electron bound into an atom or molecule is quantized. Although an unbound electron does not exhibit quantized energy levels, one which is bound in an atomic orbital has quantized values of angular momentum. In the context of quantum mechanics, the wave–particle duality of energy and matter and the uncertainty principle provide a unified view of the behavior of photons, electrons and other atomic-scale objects.

The mathematical formulations of quantum mechanics are abstract. Similarly, the implications are often counter-intuitive in terms of classical physics. The centerpiece of the mathematical formulation is the wavefunction (defined by Schrödinger's wave equation), which describes the probability amplitude of the position and momentum of a particle. Mathematical manipulations of the wavefunction usually involve the bra-ket notation, which requires an understanding of complex numbers and linear functionals. The wavefunction treats the object as a quantum harmonic oscillator and the mathematics is akin to that of acoustic resonance.

Many of the results of quantum mechanics do not have models that are easily visualized in terms of classical mechanics; for instance, the ground state in the quantum mechanical model is a non-zero energy state that is the lowest permitted energy state of a system, rather than a traditional classical system that is thought of as simply being at rest with zero kinetic energy.

Fundamentally, it attempts to explain the peculiar behaviour of matter and energy at the subatomic level—an attempt which has produced more accurate results than classical physics in predicting how individual particles behave. But many unexplained anomalies remain.

Historically, the earliest versions of quantum mechanics were formulated in the first decade of the 20th Century, around the time that atomic theory and the corpuscular theory of light as interpreted by Einstein first came to be widely accepted as scientific fact; these latter theories can be viewed as quantum theories of matter and electromagnetic radiation.

Following Schrödinger's breakthrough in deriving his wave equation in the mid-1920s, quantum theory was significantly reformulated away from the old quantum theory, towards the quantum mechanics of Werner Heisenberg, Max Born, Wolfgang Pauli and their associates, becoming a science of probabilities based upon the Copenhagen interpretation of Niels Bohr. By 1930, the reformulated theory had been further unified and formalized by the work of Paul Dirac and John von Neumann, with a greater emphasis placed on measurement, the statistical nature of our knowledge of reality, and philosophical speculations about the role of the observer.

The Copenhagen interpretation quickly became (and remains) the orthodox interpretation. However, due to the absence of conclusive experimental evidence there are also many competing interpretations.

Quantum mechanics has since branched out into almost every aspect of physics, and into other disciplines such as quantum chemistry, quantum electronics, quantum optics and quantum information science. Much 19th Century physics has been re-evaluated as the classical limit of quantum mechanics and its more advanced developments in terms of quantum field theory, string theory, and speculative quantum gravity theories.

Selasa, 02 Februari 2010

Kewirausahaan Fisika

The Physics Entrepreneurship

(The Entrepreneur Physicist)


Memotivasi Partner Kita

1. Ucapan selamat kepada karyawan secara personal

Selama ini terlalu sering mendengar bahwa perusahaan dan institusi memberikan penghargaan dan reward dalam forum yang formal dan akbar. Namun jika anda sebagai pemilik atau manajer sudahkan anda mengucapkan secara personal, sebagai bentuk komunikasi intens, ini penting karena dengan mengucapkan secara personal maka anda membangun hubungan komunikasi timbal balik yang ideal. Timbal balik? Dimananya?

Dengan mengucapkan secara personal, maka anda membangkitkan komunikasi spiritual dan emosional antara anda dengan karyawan tersebut secara personal untuk saling menghargai.

2. Manajer menuliskan standar kinerja yang baik secara pribadi.

Anda sebagai manajer tidak mungkin menerka faktor dan penyebab keberhasilan bawahan. Sehingga tentu alangkah baiknya manajer mempunyai catatan pribadi tentang kinerja yang baik, maka ini sebagai usaha menjadi manajer yang memulai prestasi dengan keseimbangan antara standar dan penilaian kinerja secara obyektif. Nah secara organisatif anda bisa menjadikan catatan ini sebagai catatan yang tertutup untuk anda sendiri namun bisa juga bisa untuk kepentingan berkoordinasi dengan sesama jajaran dan atasan. Berawal dari catatan ini maka anda sebagai manajer akan dinilai konsisten dalam menilai bawahan, karena anda mampu menjaga stabilitas “cara menilai” dari waktu ke waktu, tidak tergantung mod dan hubungan yang khusus.

3. Perusahaan/Institusi/UKM mempromosikan dengan dasar keprestasian

Institusi bisnis tentu menginginkan adanya sebuah momentum untuk memacu karyawan lain dengan rangsangan dari kesuksesan salah satu atau beberapa karyawan lain. Nah dari sinilah ada sebuah momentum di mana prestasi menjadi tolak ukur yang obyektif, sehingga meminimalir disharmonisasi dan mispersepsi antar karyawan, karena budaya kasak kusuk jika tidak diimbangi oleh budaya obyektif dan transparansi maka dampak kasak-kusuk akan lebih mendominasi. Mempromosikan karyawan dalam hal ini adalah sebuah bentuk usaha pemacu ketauladanan dan “social reward” selain mungkin bentuk reward-reward yang lain.

4. Manajer memperkenalkan staf berprestasi kepada staf lain

Upaya untuk memberikan contoh sikap perilaku berprestasi adalah memberikan waktu dan kesempatan kepada seluruh karyawan untuk mengenal tentang sosok karyawan yang berprestasi. Harapannya bahwa setiap hari setiap waktu atmosfer prestasi itu bisa ditularkan kepada yang lain setiap saat setiap waktu, karena karyawan secara umum bisa memjalin komunikasi dan diskusi dengan sang karyawan berprestasi.

5. Menciptakan even untuk merayakan kesuksesan bersama dan membangun moral

Ketika bagian marketing lebih merasa berjasa dalam kesuksesan bisnis daripada jasa unit yang lain maka ini akan menimbulkan kontroversi di dalam perusahaan, apalagi di lain pihak bagian produksidiam-diam juga merasa berjasa karena target produksi selalu tercapai walau harus dengan lembur-lembur. Dari sinilah perlunya perusahaan untuk memberikan pandangan bahwa kesuksesan ini adalah milik bersama dari keberhasilan semua pihak, sehingga dari event ini memunculkan inspirasi moral jika salah satu salah satu unit/bidang tidak sukses atau memenuh target, maka akan mempengaruhi secara teamwork. Membangun moral dalam hal ini juga membudayakan bahwa bekerja tidak lah hanya mengabdi namun juga upaya untuk bekerja sepeti layaknya bekerjsa di perusahaan diri dalam aspek membangun moral berprestasinya, jangan sampai kehilangan sikap moral untuk memacu diri prestasi, karena merasa bahwa unit yang dihuni adalah unit yang tidak penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan.